Fajar Adinugraha

Rabu, 20 September 2017

KAI, SELALU BERARTI

















Gambar Stasiun Purworejo yang tidak difungsikan kembali

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Purworejo_train_station_120820_0017.jpg

Naik kereta api tut tut tut, siapa hendak turut

Ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama

Lagu ini diciptakan oleh ibu Soed, dan diberi judul “Kereta Apiku” (Naik Kereta Api). Lagu semasa kecil sekitar tahun 60-an ini akrab di telinga kita. Tapi yang lucu dari lagu ini adalah di baris terakhir “keretaku tak berhenti lama”. Saya tidak tahu apakah pada tahun 60-an, kereta tidak akan berhenti lama di stasiun. Namun, ini berbeda cerita ketika saya menggunakan jasa kereta api jarak jauh tahun 2000-an, keretaku malah berhenti lama di stasiun dan kadang ngaret.


Dari semuanya itu, saya tetap bersyukur karena dengan kereta api saya terbantu sekali dalam perjalanan jarak jauh. Ada juga baiknya waktu itu, tiket masih dijual untuk tiket berdiri, dan saya dapat membelinya ketika keadaan mendesak. Saya rela tidur di lantai kereta, demi sampai tujuan. Terlintas memang dipikiran saya, alangkah mengganggunya saya atas kenyamanan penumpang lain. Saya juga merasakan ketika mendapat tempat duduk di kereta dan menjumpai penumpang lain yang tidur di lantai, untuk berjalan ke gerbong restorasi atau toilet cukup susah. Namun itu dulu.


Semuanya berubah ketika bapak Ignasius Jonan memimpin PT. KAI Indonesia. Pelayanan dan fasilitas kereta api semakin membaik hingga sekarang. Pedagang asongan yang ketika kereta berhenti di stasiun selalu masuk ke gerbong, membuat was was penumpang akan keamanan barang bawaan, sudah tidak pernah kita jumpai. Toilet yang berbau sekarang sudah rapi, bersih, dan wangi. Suhu dalam kereta yang seakan membuat kita melepuh sekarang sudah tidak lagi karena dilengkapi dengan pendingin udara. Semua jendela sudah dilengkapi dengan gorden. Kepanikan ketika handphone tiba tiba low bat, sekarang tidak lagi, karena sudah dilengkapi dengan sumber listrik. Makanan di restorasi sudah lebih enak daripada sebelumnya. Pramugari dan pramugara yang ramah dan lebih rapi. Ya itu semua memang berimbas dengan harga tiket kereta yang menyesuaikan dengan pelayanan. Tapi tidak masalah bila pelayanan memuaskan dan membuat kita nyaman.


Pelayanan pemesanan tiket yang mudah kita dapatkan juga merupakan salah satu kemajuan pelayanan di kereta api. Pemesanan via daring mempermudah kita sehingga kita tidak perlu datang ke stasiun kereta untuk memesan tiket. Namun, ini berdampak dengan cepatnya tiket yang terjual habis. Seharusnya, kereta api memberikan kuota penumpang tambahan yang dijual langsung satu atau dua jam sebelum keberangkatan, paling tidak untuk satu gerbong. Ini untuk membantu pelanggan penumpang yang harus tiba-tiba pulang karena ada keperluan mendadak. Terutama, kereta jurusan jarak jauh yang keluar dari Jakarta. Saya hampir putus asa ketika diharuskan pulang mendadak. Akhirnya saya menunggu cemas di reservasi tiket website KAI, sampai menunjukkan pemesanan tersedia. Saya pernah memesan 5 menit sebelum keberangkatan dan mengharuskan saya untuk berlari ke peron stasiun agar tidak tertinggal.


Kereta api sudah memiliki pelanggan setia karena kenyamananya. Hal ini terbukti dari tiket yang terjual habis setiap weekend. Contoh saja untuk kereta tujuan Kutoarjo. Banyak orang yang memiliki tujuan ke Yogyakarta memilih untuk memesan kereta Sawunggalih atau Kutojaya kemudian melanjutkan dengan Prameks atau kereta arah Yogyakarta lainnya. Hal ini membuat penumpang dengan tujuan Kutoarjo dan sekitarnya akan kehabisan tiket. Oleh karena itu, solusinya untuk di hari jumat diberikan gerbong tambahan agar para penumpang bisa terangkut. Jujur, untuk menggunakan bis tidak senyaman dan seefisien menggunakan kereta api. 


Fasilitas ruang tunggu luar tidak sebagus faslitias ruang tunggu dalam. Beberapa stasiun tidak memiliki fasilitas ruang tunggu luar yang baik. Bahkan kita harus duduk di pinggiran luar ruang tunggu karena peraturan yang menyebutkan, bisa masuk 30 menit sebelum kereta keberangkatan. Solusinya sebaiknya, penumpang boleh masuk 90 menit sebelum keberangkatan kereta sehingga penumpang tidak menumpuk di ruang tunggu luar. 


Perubahan kelas Bisnis ke kelas Ekonomi AC memang baik, Namun, saya rasa bangku kereta Ekonomi tidak senyaman bangku kereta Bisnis. Jarak kursi juga terlalu dekat sehingga tidak membuat nyaman. Saya harap kelas kereta Bisnis tetap ada karena tidak semua orang Indonesia bertubuh pendek. Perlu diukur, jarak antar kursi karena perjalanan jarak jauh untuk kenyamanan dan kesehatan penumpang.


Tingkat kebisingan di dalam kereta juga perlu mendapat perhatian. Beberapa kereta terlalu bising dan bergoyang seperti layaknya joged dangdut. Mungkin, perlu ada penelitian bagaimana menemukan solusi yang tepat agar kereta api tidak bising dan mengganggu kenyamanan penumpang.


Kesadaran penumpang di dalam kereta juga perlu ditingkatkan. Kadang kita melihat sampah masih berceceran padahal sudah diberi kantong sampah. Ketika kita pertama masuk gerbong, kereta sangat rapi dan  bersih, namun ketika sudah 5 jam, penumpang yang tidak terdidik membuang remah-remah makanan seenaknya. Ya memang, ada petugas kebersihan yang selalu membersihkan. Tapi alangkah baiknya jika mental penumpang diubah agar tidak buang sampah sembarangan. Beberapa penumpang juga dengan seenaknya memutar lagu keras-keras sehingga mengganggu kenyamanan yang lainnya. Saya mau menegur tapi jika ditegur pasti kita dibilang sok tahu. Yah semoga generasi sekarang lebih bisa berpikir ke depan sehingga bangsa Indonesia tidak tertingal dari bangsa lain.


Itulah harapan saya untuk kereta api ke depannya. Karena kereta api memang selalu berarti bagi saya. Selalu berarti. Selalu Bersih Aman Ramah Tepat Waktu dan Inspiratif.









0 Comments:

Posting Komentar